Transitivity x Causativity
Transitivity : global property of entire clause which transfer the action of the verb – from agent to patient.
Dalam hubungan transitivity ada deep subject dan deep object
Deep subject = actor
Deep object = undergoer
Causativity memiliki hubungan yang dekat dengan transitivity. Kalimat yang bermakna kausatif dapat dianalisis ke dalam bentuk transitif (secara transitif)
Contoh :
Bel berbunyi
Ali membunyikan bel (dapat diinterpretasikan) :
Ali menyebabkan bel itu berbunyi.
Menurut Comrie (1989) ,
Ada tiga jenis secara typology :
- analitik
- morfologis
- leksikal
- Dua predikat yang berbeda menunjukkan cause dan effect adalah penyebab yang direalisasi oleh kata yang terpisah dari kata yang menunjukkan terjadinya suatu tindakan.
Contoh :
Ia belajar giat karena ingin pintar.
- Hubungan antara predikat yang bukan kausatif dengan predikat diberi pemarkah secara morfologis : imbuhan.
Contoh :
Saya naik mobil
Saya menaikkan adik ke mobil.
- Verba pada predikat yang bukan kausatif mengungkapkan effect dan predikat yang mengungkapkan effect, cause nya tidak sistematis.
Contoh.
Membunuh dan meninggal.
Saya membukakan adik baju
P / U ө
Cause < A U event < …. ө …… >
Dari fungsi – makna
Contoh : Reduplikasi – bentuk ulang ini juga merupakan proses morfologis berhubungan dengan bentuk, fungsi dan makna.
Buku buku-buku ‘jamak’
Untuk mengetahui makna sebuah kata membandingkan dan menggunakan definisi tertentu.
Membandingkan : membandingkan kata dengan kata yang terdekat dengannya.
Definisi : mengetahui komponen dari kata i. e. semantic primitive.
Element yang digunakan untuk mendefinisikan makna kata harus diterima sebagai Semantik primitive sehubungan dengan makna kompleks yang mungkin dihasilkan.
Sebuah kata kerja bisa bervalensi 1, 2, atau 3.
Afiks bisa menambah jumlah valensi sebuah kata kerja atau mengurangi jumlah sebuah kata kerja.
Contoh :
- Putu menek (V 1)
- Made membaca buku ( V 2)
- Bapa Nyemakna Putu ubad ( V 3)
- Bukune bacana ajak Made ( V 1)
Kata kerja terikat seperti : (a) nek belum bermakna dan mempunyai kategori leksikal. Melalui proses morfologi kata terikat ini bisa menjadi kata penuh.
- Diatesis
Contoh.
- Tiang nyemak nasi
- Nasi jemak tiang
Prinsip pokok dalam mengidentifikasi sebuah morfem :
- Membandingkan bagian yang berulang dengan substitusi. Apabila bentuk-bentuk berulang mempunyai pengertian yang sama termasuk morfem yang sama.
Lingkungan Subjective
Objektife : denotation
Subejctive : connotation
Bangsat – umpatan ‘ denotatif’
Siapa (dimana (dalam situasi apa) berkata demikian (konotatif)
Makna denotative / kontatif harus disesuaikan dengan lingkungan – untuk mendapatkan valuenya.
Lingkungan- lingkungan :
Lingkungan struktur : ada symbol- symbol yang berhubungan antar symbol-simbol tersebut.
She : Mrs. Women, girls, Ms
Lingkungan Kontekstual : sebuah bentuk terdiri atas kolokasi yang bermakna dimana bentuk itu mungkin ada.
Contoh :
Rained : butter, bacon
Addled : egg, brain
Out : look out
drop out
work out etc.
Makna Morfem dan Sekwennya.
Ada 3 prinsip dalam menentukkan analisa Semantik serta pengklasifikasiannya :
1. Tidak ada kata-kata yang benar bersinonim
2. Dapat ditentukkan makna sebuah morfem dari lingkungannya
3. Tidak sesuainya antara system dan symbol
1. E 1 – E 2 / E 2 – E 1 / E 1 – E 2 / E 2 E1
2. Makna sebuah morfem bisa ditentukkan oleh setting sosiolinguistik dan linguistiks.
a. Lingkungan : struktur dan kontek
b. Non Lingkungan : objective dan subjective.
Lingkungan Obejctive :
Morfem dan kombinasi nya dapat dijelaskan dengan berbagai macam fenomena, untuk makna : symbol.
Contoh :
Morfem – morfem mungkin memiliki symbol seperti : kuda, sapi, rumput, dll.
Didala, di belakang, dll.
Lari, berenang, sakit, penuh , dll
Apabila satuan yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu mempunyai arti yang berhubungan ; satuan itu merupakan 1 morfem, apabila distribusinya tidak sama dan merupakan morfem yang berbeda distribusinya sama.
/ seat / ; [si:t] vs / sit / ; [sit] morfem yang berbeda
Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem
Prinsip pengenalan Morfem :
- Satuan-satuan yang mempunyai struktur; arti makna yang sama merupakan satu morfem ; buka + kan, di+buka
- Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologi yang berbeda merupakan satu morfem bila satuan itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan srtuktur fonologisnya dapat di jelaskan secara fonologis maka satuan-satuan itu merupakan satu morfem atau merupakan alomorf dari morfem yang sama.
meN - men - mem – meng - meny
- Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologi yang berbeda sekalipun perbedaanya tidak dapat dijelaskan secara fonologis masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti atau makna yang sama akan mempunyai distribusinya komplementer.
Ber – alomorfnya ber-, be, bel
- Apabila dalam deretan struktur suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan itu merupakan morfem zero.
She goes to Uni.
I go to Uni.